MELAWINEWS.COM, MELAWI-Kodam XII/Tanjungpura menggelar Sosialisasi Program Desa Mandiri Menuju Langit Biru di Bumi Khatulistiwa di kantor bupati Melawi Jumat (14/2/2020), kegiatan dibuka langsung oleh bupati Melawi, Panji.
Kegiatan tersebut dihadiri Ketua DPRD Melawi, Widya Hastuti, Forkopimda Melawi, Para Camat, Kepala Desa, Pendamping Desa, Tokoh Masyarakat, Ormas dan pihak lainnya.
Komandan Kodim 1205/stg Letkol Inf Eko Bintara Saktiawan, mengatakan tujuan sosialiisasi ini untuk mencegah terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di wilayah Kalbar, khususnya di Kabupaten Melawi.
Diharapkan, dengan sosialisasi ini, maka stakeholder terkait terlibat langsung dalam upaya pencegahan terjadinya karhutla di wilayah Kabupaten Melawi.
“Saya sudah melakukan kunjungan dan bertanya langsung kepada masyarakat dan pihak terkait, sedikit banyak saya sudah memahami apa yang menjadi penyebab karhutla di daerah kita ini,” katanya.
Memang kata, Dandim, kebakaran hutan dan lahan disebabkan dari berbagai factor, mulai dari masyarakat petani sampai dengan koorporasi atau perusahaan perkebunan.
“Untuk mengatasi masalah ini memang dibutuhkan komitmen Bersama, baik masyarakat, perusahaan maupun pemerintah, tidak bias kita berjalan sendiri, butuh dukungan dari berbagai pihak,” katanya.
Sementara itu, bupati Panji, mengatakan, persoalan karhutla ini memang cukup dilematis, jika bicara tentang dampak, memang banyak persoalan yang ditimbulkan, mulai dari gangguan pernafasan, penerbangan dan sector lain.
“Banyak factor penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan, factor alam seperti terjadinya gesekan batu yang kemudian menimbulkan percikan api, factor manusia, punting rokok dan lain sebagainya, memang ada sedikit banyak keterlibatan peladang namun sangat kecil,” kata Panji.
Kata Panji, jika bicara masalah ladang, dia bukan saja berpengalaman, namun dia juga sebagai pelakunya langsung, maka sangat paham bagaimana peladang melakukan pembakaran lahan.
“Sebenarnya petani peladang ini mereka hanya sekadar bertahan hidup, bukan untuk mencari kaya, kalua mereka tidak berladang bagaimana nasib keluarga mereka, jadi masalah yang perlu diatasi ini sebenarnya bukan sekedar bagaimana memadamkan api namun juga nasib masyarakat,” katanya.
Menurut Panji, dengan kondisi alam seperti sekarang, dimana lahan semakin berkurang dan resiko juga semakin besar, maka secara otomatis minat masyarakat tradisional untuk Bertani semakin berkurang. Namun anehnya kenapa justru masalah karhutla semakin parah.
“Kondisinya berbanding terbalik jadinya, sekarang mau berladang lahan sudah berkurang dan tidak lagi subur, jadi petani peladang sudah mulai tidak berminat, namun kenapa justru masalah karhutla semakin parah, nah ini yang harus kita cari apa masalahnya,” kata Panji.
Sementara itu Pasahli Pangdam XII/Tpr Bidang Sosial Budaya, Kolonel Inf Basuki Ahmad mengatakan, persoalan karhutla ini bukan masalah ringan, namun masalah serius yang harus diantisipasi mulai dari sekarang.
“Mungkin sebelum terjadi kebakaran masalah ini kita anggap ringan, namun begitu sudah terjadi kebakaran akan terjadi masalah yang serius, semua pihak ikut berjibaku memadamkan api, kemudian berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk menangani karhutla ini, nah ini yang perlu kita cegah,” katanya.
Dia mengungkapkan, apalagi Kalimantan ini menjadi paru-paru dunia yang harus senantiasa dijaga hutannya. Jangan sampai karena kurangnya keperdulian kita terhadap karhutla menjadi masalah serius yang akhirnya merugikan semua pihak.
‘Kalau kita yakin pasti aka nada berbagai macam cara, namun kalua kita tidak yakin aka nada seribu satu alasan, nah dengan sosialisasi ini mari kita Bersama-sama untuk menangani masalah karhutla,” tegasnya.