Bripda Ignatius DIkenal Sosok Yang Perhatian

oleh -142 views
Ayah dan Ibu Korban saat memegang foto anaknya Bripda Ignatius di kediamannya pada Kamis (27/7) siang.

MELAWINEWS.COM, MELAWI-Suasana duka masih menyelimuti kediaman Orang Tua Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage di Kompleks BTN Telkom Desa Paal kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi, Kamis (27/7) siang. Tenda dan kursi juga masih ada di depan rumah.

Dua buah album foto Almarhum dengan seragam kepolisian terpampang di meja ruang tamu, di sekitar foto itu terdapat lilin dan karangan bunga, sementara di dinding juga terdapat beberapa foto keluarga almarhum dengan seragam tergantung dengan rapi.

Ignatius Dwi Frisco Sirage, dikenal sebagai sosok yang baik dan perhatian dengan keluarga. Hampir setiap hari selepas dinas, dirinya selalu menyempatkan berkomunikasi dengan ayah dan ibunya di Melawi.

“Dia selalu menanyakan aktivitas saya, Mak lagi ngapa, saya jawab lagi kerjalah, kemudian dia tanya lagi sudah makan belum. Jadi hampir setiap hari dia selalu menghubungi kami, terkadang juga Video Call” kata Inosensia Antonia Tarigas (49) ibu kandung korban saat ditemui di kediamannya.

Inosensia mengungkapkan, anaknya tersebut tidak pernah menceritakan keluhan apapun di tempat tugasnya. Sehingga dia berfikiran bahwa anaknya di Densus 88 sangat bahagia. “Karena dia tidak pernah menceritakan masalah apapun di tempat tugasnya, saya berfikir kok kayaknya enjoy sekali ya dia di sana,” katanya.

Ignatius lahir pada 27 Februari 2002 silam, terakhir dirinya pulang ke Kabupaten Melawi usai lebaran beberapa bulan lalu. Selebihnya dia hanya berkomunikasi via Telphon atau video call dengan keluarga di Kabupaten Melawi. “Kalau misalnya liburan, dia nanya mak kemana, kok tidak keluar, biasanya masak-masak sama keluarga. Karena memang kebiasaan kami seperti itu sebelum dia bertugas,”kata ibunya.

Ignatius memang sudah bercita-cita menjadi anggota kepolisian sejak kecil. Bahkan saat masih sekolah di taman Kanak-Kanak dirinya meminta dibelikan seragam polisi pada momen hari Kartini.
“Saya bilang, mau tidak pakai baju adat, dia tidak mau, maunya pakai seragam polisi, terpaksa saya pergi ke pasar untuk cari baju polisi, kemudian kami foto di belakang mobil polisi,” kenang Inosensia.

Saat ditanya apa yang paling berkesan dari sosok almarhum, spontan Inosensia menangis mengenang anaknya. Sebab hampir setiap hari almarhum selalu menanyakan kabar. Ketika keluarga dalam kondisi kurang sehat maka almarhum sangat khawatir.

“DIa bilang pak, mamak kurang sehat itu, kayaknya kecapekan, suruh istirahatlah, dia selalu perhatian, dia anak yang sangat baik, jadi saya sangat terpukul sekali ketika mendengar kabar anak saya meninggal demikian” katanya.
Curhat Soal Senior

Sementara itu, Y. Pandi mengungkapkan, sebelum almarhum meninggal dunia akibat insiden tersebut, korban sempat berkomunikasi dengan dirinya, namun tidak ada firasat apapun bahwa anaknya akan meninggal demikian.

“Tidak ada ngeluh tentang apapun di sana dengan kami, kalau nelphon ya paling nanya kabar, seperti itu saja, jadi dia selalu menceritakan sesuatu yang baik tentangnya, tidak mau membuat kami merasa khawatir’” katanya.

Namun, kata Y. Pandi, berbeda lagi jika dia sedang curhat dengan teman-temannya, Y. Pandi mengeluh tentang kondisinya di sana, terutama tindakan seniornya.

“Saya tidak tahu persis apa isi curhatannya, yang jelas soal tindakan seniornya di sana, tapi kami menganggap itu mungkin wajarlah, karena biasanya di kepolisian kan seperti itu, senior dengan juniornya” katanya.

Saat disinggung mengenai kronologis kejadian yang menewaskan anaknya itu, Y. Pandi mengungkapkan, menurut informasi kepolisian di mabes polri, ada keributan kecil dengan seniornya, sehingga spontan yang senior mencabut senjata dari sarungnya kemudian meledak dan mengenai kepala anaknya.

“Kalau menurut informasi yang kami terima, katanya soal jual senjata illegal, anak saya ditawari beli senjata itu, namun tidak mau karena illegal, kemudian terjadi keributan,” katanya.

Kini keluarga hanya bisa berharap agar kasus yang terjadi pada anaknya tersebut dapat diungkap secara terang benderang. Sebab menurutnya ada kejanggalan dalam kematian anaknya. “Kalau misalnya tidak sengajak menembak kenapa bekas luka tembakannya itu ada di kepala, dari sini kan sudah aneh, jadi kami minta pelaku bisa dihukum seberat-beratnya,” katanya. (**)