MELAWINEWS.COM, Melawi – Sirup asam maram hingga Tempoyak mejeng di salah satu stan pameran di tengah Benteng Vredeburg, Yogyakarta. Benteng yang dibangun di masa VOC itu menjadi tempat pameran hasil olahan makanan dari kelompok masyarakat adat hingga kerja-kerja aktivis pembangunan berkelanjutan lokal di kabupaten Melawi.
Pameran bertajuk Perjalanan Memaknai Keberlanjutan digelar sejak 18-24 Mei 2023.
Pameran tingkat nasional yang diikuti sejumlah mitra dari berbagai Provinsi di Indonesia menjadi ajang memamerkan produk-produk lokal dan serta kerajinan yang dibuat oleh komunitas masyarakat adat serta lembaga di Melawi.
Dari Melawi, beberapa lembaga yang turun diantaranya SUAR, Forum Pembangunan Berkelanjutan (FPB), Pasak Kebebu, Pasak Sebaju, Pasak Birapati, Benih serta Kepuak.
Ketua SUAR, Sukartaji menyampaikan, pameran yang diinisiasi WWF Indonesia bersama sejumlah mitra di berbagai wilayah, termasuk kabupaten Melawi, Kalbar.
“Kabupaten Melawi menjadi utusan mewakili Kalbar di pameran ini. Pameran ini menjadi ajang bagi kelompok masyarakat adat yang mengelola hutan memamerkan produk olahan mereka. Ada juga komunitas seperti Benih yang membangun pertanian dan peternakan berkelanjutan di Desa Semadin Lengkong, ” katanya.
Taji, sapaan akrabnya juga menyampaikan, pameran ini merupakan wadah untuk menunjukkan bagaimana program Leading the Change berjalan di kabupaten Melawi. Dimana SUAR bersama FPB berkolaborasi untuk mendorong kampung berkelanjutan serta program pendidikan pembangunan berkelanjutan di Melawi.
“Produk yang ditampilkan dari sirup asam maram, madu kelulut, kopi, salai lele, sirup belimbing, beras lokal, kerajinan anyaman dan sebagainya,” ucapnya.
Sementara itu, ESD Specialist LtC WWF Indonesia, Rini Adriani menyampaikan Program ESD untuk Leading the Change yakni Memimpin perubahan. Program yang berjalan selama lima tahun menjadi wujud bagi WWF berkembang bersama dengan berbagai organisasi menjadi mitra setara untuk membangun wilayahnya masing-masing.
“WWF bekerjasama dengan LSM lokal di lokasi masing-masing di antaranya dengan SUAR di kalbar dalam bentuk pendampingan masyarakat dan sekolah. Setelah 5 tahun mereka punya mimpi melalui kampung berkelanjutan. Dimana kampung mereka dapat berkembang sesuai dengan tujuan SDGS 2030,” katanya.
Selain SUAR, Rini mengungkapkan ada CSBB dan Kompad di Kaltim, Benih Matahari dan Coloni yang bekerja di sejumlah provinsi, termasuk Aceh, Jawa dan Sulawesi, Muliantara di Papua Barat serta YSAD yang bergerak dibidang publikasi melalui website Pustaka Borneo, Pustaka Sumatera dan Pustaka Papua.
Kegiatan Pameran “Perjalanan Memaknai Keberlanjutan” dibuka perwakilan Pemkot Yogyakarta, Rina Aryati Nugraha yang menjabat Kabid Ruang Terbuka Hijau DLH Yogyakarta. Dalam sambutannya pemkot turut mengapresiasi pelaksanaan pameran yang juga bertepatan dengan Hari Keanekaragaman Hayati yang selalu diperingati pada 22 Mei.
“Pameran ini mendorong tumbuhnya rasa peduli terkait keseimbangan ekosistem dengan terjaganya keanekaragaman hayati sesuai tujuan SDGS” katanya.
Yogya, sebagai kota budaya dan tujuan utama pariwisata Indonesia juga terus mendorong pembangunan area terbuka hijau. Rina berharap pameran ini menjadi inspirasi serta memberikan manfaat bagi banyak pihak, termasuk masyarakat Yogyakarta.