MELAWINEWS.COM, NANGA PINOH-Berdasarkan hasil Rapat Panitia Kerja (Panja) DPR RI, masa tunggu keberangkatan haji bagi calon jamaah Indonesia akan diseragamkan menjadi 26 tahun mulai tahun 2026 mendatang. Kebijakan ini diberlakukan secara nasional dan berdampak pada seluruh provinsi serta kabupaten/kota di Indonesia, termasuk Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.
Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Bimas Islam Kementerian Agama Kabupaten Melawi, H. Muhammad Desi Asiska, saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Rabu (5/11), membenarkan adanya kebijakan tersebut. Menurutnya, langkah pemerintah pusat ini merupakan upaya untuk menata ulang sistem kuota haji nasional agar lebih proporsional dan berkeadilan antardaerah.
“Penyeragaman masa tunggu menjadi 26 tahun merupakan kebijakan yang diambil untuk pemerataan kesempatan. Selama ini, masa tunggu antarprovinsi berbeda jauh, bahkan di beberapa daerah mencapai 30 hingga 40 tahun. Kini, semua akan diseragamkan agar lebih adil,” jelasnya.
Desi menjelaskan, pada tahun 2025 kuota haji Provinsi Kalimantan Barat mencapai 2.519 jamaah, namun pada tahun 2026 mendatang jumlah tersebut akan berkurang menjadi 1.858 jamaah. Untuk Kabupaten Melawi sendiri, pada tahun sebelumnya memperoleh kuota sebanyak 96 jamaah, dengan masa tunggu sekitar, 17 hingga 18 tahun.
“Untuk tahun 2026 kita masih menunggu angka pasti karena masih dalam proses penyesuaian kuota di tingkat provinsi. Tetapi kebijakan baru ini akan berdampak secara merata ke seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Barat,” tambahnya.
Lebih lanjut, Kasi Haji dan Bimas Islam menegaskan bahwa kebijakan ini memang berat bagi sebagian calon jamaah yang telah lama menunggu, “namun justru di sanalah diminta hadirnya kesabaran dan keikhlasan sebagai bagian dari ibadah” katanya.
“Kami memahami ada yang merasa kecewa karena masa tunggu menjadi lebih panjang. Tapi di balik itu, ada nilai keadilan dan hikmah yang besar. Masa tunggu adalah bagian dari ujian dan pematangan jiwa untuk siap menjadi tamu Allah,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, H. Muhammad Desi Asiska juga memberikan pesan spiritual agar para calon jamaah haji tidak sekadar menunggu secara pasif, tetapi menghidupkan penantian itu dengan dzikir, amal saleh, dan pembinaan diri. Ia menekankan bahwa hakikat haji bukan hanya perjalanan fisik menuju Makkah, melainkan “Perjalanan ruhani menuju kepasrahan kepada Allah.” pesannya
“Istita‘ah bukan hanya soal mampu berangkat secara fisik dan finansial, tapi juga kesiapan hati untuk pasrah sepenuhnya. Allah tidak menunda keberangkatan siapa pun, Ia hanya sedang mempersiapkan kita agar berhaji bukan dengan langkah, melainkan dengan kesadaran,” jelasnya.
Untuk menguatkan pesan ini, Desi menuturkan kisah tentang “Ali al-Muwaffaq”, seorang tukang sol sepatu dari Damaskus yang dikenal karena keikhlasannya. Setelah bertahun-tahun menabung untuk berhaji, ia mendapati seorang janda miskin bersama anak-anaknya kelaparan. Dengan penuh kasih, ia menyerahkan seluruh tabungan hajinya untuk membantu mereka, sambil berdoa agar Allah menerima niatnya.
Beberapa waktu kemudian, ulama besar “Abdullah bin al-Mubarak” bermimpi di Tanah Suci. Dalam mimpinya, malaikat berkata,
“Tahun ini tidak ada satu pun haji yang diterima kecuali hajinya Ali al-Muwaffaq dari Damaskus, dan berkatnya, seluruh jamaah diterima pula.” katanya.
Menurut Desi, kisah tersebut menjadi pelajaran besar bagi umat Islam.
“Haji mabrur tidak selalu ditentukan oleh jarak ke Makkah, tetapi oleh kedalaman hati dalam memberi dan mengasihi. Bisa jadi, yang menolong sesama dengan tulus telah lebih dahulu sampai kepada Allah daripada yang berangkat dengan harta,” ungkapnya dengan lembut.
Kasi Haji dan Bimas Islam juga mengimbau agar masa tunggu yang panjang dijadikan “madrasah kesabaran dan keikhlasan.”
“Gunakan waktu ini untuk memperbanyak amal, memperdalam ilmu manasik, dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Karena sesungguhnya, menunggu dengan sabar juga merupakan bagian dari perjalanan haji yang tak terlihat,” pesannya.
Kemenag Melawi, lanjut Desi, akan terus melakukan sosialisasi dan pendampingan agar masyarakat memahami kebijakan baru ini secara utuh dan tidak salah tafsir.
“Kami terus berkoordinasi dengan Kanwil Kemenag Kalbar. Tujuan kami adalah memberikan pelayanan terbaik dan memastikan calon jamaah tetap semangat menanti panggilan Allah. Sebab, ibadah haji sejatinya adalah perjalanan cinta – dari dunia menuju kasih-Nya,” pungkasnya
