MELAWINEWS.COM, MELAWI – Panen padi tahun ini pun menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, apalagi pada lahan sawah.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan (Distankan) Melawi, Oslan Junaidi, mengungkapkan panen padi khususnya pada musim tanam rendeng tahun ini cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata panen di sejumlah desa yang mampu diatas empat ton per hektare.
“Memang dalam tiga tahun terakhir panen padi kita meningkat signifikan. Untuk petani yang sudah lama bersawah hasil panen per hektare sudah diantara empat hingga lima ton,” ujarnya.
Hasil panen di lahan sawah, kata Oslan memang tergantung perawatan dan kondisi lahan. Namun, untuk permulaan, ada yang dikisaran tiga setengah ton per hektare. Hasil itupun masih diatas panen padi pada lahan kering yang rata-rata dikisaran tiga ton per hektare nya.
“Untuk jenis padi yang ditanam ada Ciherang dan Cisadane. Ada juga petani yang menanam varietas lokal. Untuk benih Ciherang, hasil maksimal panen seperti di Desa Nanga Nuak, Kecamatan Ella Hilir mampu mencapai delapan ton per hektare,” katanya.
Oslan mengatakan hasil panen padi saat ini belum bisa diketahui berapa datanya, mengingat panen padi masih berlangsung di seluruh wilayah Melawi. Ia memaparkan, saat ini rata-rata area tanam untuk padi masih didominasi lahan kering atau ladang.
“Ditiap kecamatan luas sawah memang ada yang hanya belasan hektar. Untuk Belimbing sudah dikisaran 20-30 hektare. Yang terluas memang di Nanga Nuak, seluas 72 hektare,” paparnya.
Oslan sendiri tak menargetkan muluk muluk hasil panen padi di Melawi. Menurutnya, bila hasil panen sudah bisa bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani sehari-hari, ia pun sudah bersyukur.
“Target kami tak mesti harus swasembada pangan. Tapi tercukupi kebutuhan pangannya, kita sangat bahagia dan bersyukur,” katanya.
Dikatakan Oslan, dari perbandingan hasil panen, memang sawah lebih produktif daripada lahan kering. Karenanya Distankan Melawi, selalu ingin mencetak sawah karena dengan cetak sawah banyak hal yang diuntungkan. Apalagi sebagian sawah di Melawi mampu panen dua kali dalam setahun.
“Yang pertama mengurangi karhutla, kedua intensifikasi sawah itu mengurangi beban kerja petani karena tidak terlalu letih atau tidak terlalu capek ,” katanya.
Sedangkan yang ketiga, lanjut Oslan mendorong petani paham tentang teknologi pertanian karena di sawah ada teknologi yang sangat oke. Kendati demikian program cetak sawah masih terbentur dengan infrastruktur di Melawi. Belum lagi banyak area yang masuk kawasan hutan serta berbagai perizinan tambang dan berbagai persoalan segala macam.
“kalau faktor petani justru sebenarnya tak terlalu sulit. Artinya mereka bisa beralih dari berladang ke sawah. Yang penting ada penyuluhan dari kita,” jelasnya.